Blog Image
Daftar Isi

Di era digital saat ini, perusahaan maupun UMKM semakin sadar bahwa kehadiran di dunia maya bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan. Namun, kehadiran saja tidak cukup. Yang lebih penting adalah bagaimana kita tahu apakah campaign digital yang kita jalankan benar-benar berhasil. Di sinilah peran KPI (Key Performance Indicator) jadi krusial.

KPI bukan sekadar angka, tapi cermin dari performa. Dengan menetapkan dan memantau KPI yang tepat, kamu bisa mengevaluasi apa yang berhasil, apa yang perlu diperbaiki, dan bagaimana langkah selanjutnya untuk meningkatkan hasil.

Lalu, KPI apa saja yang wajib dilacak dalam campaign digital? Mari kita bahas satu per satu secara mendalam.

KPI Digital Marketing Perusahaan

1. Reach & Impressions

Reach adalah jumlah orang unik yang melihat iklan atau konten kamu. Sedangkan impressions adalah berapa kali konten kamu ditampilkan di layar (bisa ke orang yang sama berkali-kali).

Kenapa penting?

Reach dan impressions adalah indikator utama untuk campaign dengan tujuan brand awareness. Semakin besar reach, semakin banyak orang yang mengenal brand kamu. Impressions tinggi juga bisa menunjukkan bahwa iklanmu tampil cukup sering, walaupun belum tentu menjangkau audiens baru.

Contoh kasus:

Sebuah brand minuman sehat menjalankan campaign di Instagram dan TikTok. Dengan reach 1 juta orang dan 5 juta impressions, mereka tahu bahwa kontennya dilihat beberapa kali oleh orang yang sama—yang bisa memperkuat brand recall.

Catatan:

  • Tinggi impressions tapi rendah reach? Mungkin target audiens terlalu sempit.
  • Reach rendah? Kemungkinan kontenmu kurang menarik atau targeting iklan tidak tepat.

2. Click-Through Rate (CTR)

CTR adalah rasio jumlah klik terhadap jumlah tayangan (impression). CTR menggambarkan seberapa efektif konten kamu memancing ketertarikan orang untuk melakukan aksi.

Rumus:

 CTR = (Klik Ă· Impressions) Ă— 100%

Kenapa penting?

CTR tinggi menandakan konten, headline, atau CTA kamu cukup menarik. Kalau CTR rendah, bisa jadi iklan kamu tidak relevan atau tampil di audiens yang salah.

Contoh kasus:

Kamu pasang iklan untuk workshop digital marketing. Iklanmu ditayangkan 100.000 kali, tapi hanya diklik 800 orang → CTR = 0,8%. Artinya kamu perlu evaluasi visual atau teks iklan.

3. Conversion Rate

Conversion rate mengukur persentase pengunjung atau klik yang melakukan tindakan spesifik, seperti:

  • Mengisi form
  • Membeli produk
  • Mendaftar newsletter

Rumus:

Conversion Rate = (Jumlah konversi Ă· Jumlah klik) Ă— 100%

Kenapa penting?

Kamu bisa tahu apakah campaign kamu menghasilkan action, bukan cuma attention. CTR tinggi tapi conversion rate rendah? Mungkin halaman landing kamu kurang meyakinkan.

Contoh kasus:

  • Dari 1.000 orang yang klik iklan, hanya 20 orang beli produk → conversion rate = 2%.
  • Evaluasi penting: kecepatan website, penawaran, trust signal, atau kemudahan checkout.

4. Cost Per Conversion (CPA/CPC)

CPA mengukur biaya yang kamu keluarkan untuk memperoleh satu konversi. Ini metrik efisiensi dari segi anggaran.

Rumus:

CPA = Total Biaya Ă· Jumlah Konversi

Kenapa penting?

CPA akan membantumu menentukan apakah campaign kamu layak diteruskan, di-scale-up, atau perlu dihentikan.

Contoh kasus:

  • Iklan campaign menghabiskan Rp 2.000.000 dan menghasilkan 40 penjualan → CPA = Rp 50.000 per penjualan.
  • Kalau margin kamu Rp 100.000, campaign tersebut masih menguntungkan.

5. Engagement Rate

Engagement rate mengukur interaksi audiens dengan konten kamu: like, komen, share, save, atau klik.

Rumus:

Engagement Rate = (Total Engagement Ă· Total Reach) Ă— 100%

Kenapa penting?

Engagement menunjukkan seberapa relevan dan menarik konten kamu. Meskipun campaign tidak berujung penjualan langsung, engagement tinggi bisa meningkatkan algoritma distribusi konten (misalnya di TikTok atau Instagram).

Contoh kasus:

Sebuah campaign branding berhasil mendapatkan ribuan komentar positif. Walaupun tidak ada transaksi langsung, awareness brand meningkat signifikan dan berdampak dalam jangka panjang.

6. Return on Ad Spend (ROAS)

ROAS mengukur berapa banyak pendapatan yang kamu hasilkan dari setiap rupiah yang kamu belanjakan untuk iklan.

Rumus:

ROAS = Revenue Ă· Total Ad Spend

Kenapa penting?

ROAS adalah indikator utama campaign dengan tujuan sales langsung. Target ROAS bisa berbeda tergantung industri, misalnya:

  • E-commerce: ROAS minimal 3-5x
  • Produk digital: ROAS bisa 10x karena margin tinggi

Contoh kasus:

  • Kamu belanja Rp 1 juta untuk iklan, dan menghasilkan penjualan Rp 4 juta → ROAS = 4x.
  • Artinya, tiap Rp 1 menghasilkan Rp 4 revenue.

7. Bounce Rate & Time on Page

Bounce rate adalah persentase pengunjung yang meninggalkan website tanpa interaksi lebih lanjut. Time on page adalah berapa lama pengunjung berada di satu halaman.

Kenapa penting?

  • Ini sangat berguna untuk mengukur user experience dan relevansi konten di landing page.
  • Bounce rate tinggi? Mungkin halamanmu tidak sesuai ekspektasi atau lambat.
  • Time on page rendah? Bisa jadi konten kamu membosankan atau tidak to the point.

Solusinya bisa termasuk: memperbaiki headline, mempercepat loading, dan menambahkan trust badges.

8. Customer Lifetime Value (CLV)

CLV adalah total nilai rata-rata yang diberikan oleh satu pelanggan sepanjang hubungan mereka dengan brand kamu.

Kenapa penting?

Campaign yang tidak langsung menghasilkan penjualan bisa tetap dianggap sukses jika pelanggan yang datang terus repeat order. CLV membantu melihat dampak jangka panjang campaign kamu.

Contoh kasus:

Campaign kamu mendatangkan pelanggan yang belanja Rp 300.000 hari ini, tapi mereka jadi langganan dan menghabiskan Rp 3 juta dalam 6 bulan. ROAS jangka pendek mungkin rendah, tapi CLV-nya tinggi = untung besar.


Perbedaan KPI Organik vs KPI Berbayar

Dalam dunia digital marketing, setiap channel memiliki metrik keberhasilan (KPI) yang berbeda sesuai dengan karakter dan tujuannya. Dua jenis pendekatan utama dalam campaign digital adalah organik dan berbayar (paid). Meski keduanya bisa digunakan secara bersamaan dalam strategi marketing, pengukuran keberhasilan atau KPI-nya tidak bisa disamakan.

1. Tujuan Utama Berbeda

Organik: Fokus utamanya adalah membangun brand trust, engagement jangka panjang, dan traffic yang stabil tanpa biaya iklan langsung.

Berbayar: Bertujuan untuk mendapatkan hasil secara cepat, seperti peningkatan traffic, leads, atau penjualan dalam jangka pendek, dengan biaya iklan tertentu.

2. Contoh KPI Organik

KPI untuk channel organik biasanya berfokus pada kualitas dan pertumbuhan natural dari konten atau kehadiran online. Contohnya:

  • Organic Traffic – Jumlah kunjungan ke situs web dari hasil pencarian tanpa iklan.
  • Keyword Ranking – Peringkat kata kunci di hasil pencarian Google.
  • Engagement Rate – Rasio interaksi (like, comment, share) di media sosial dibanding jumlah follower atau reach.
  • Time on Page / Bounce Rate – Mengukur kualitas konten melalui seberapa lama user tinggal di halaman.
  • Growth Follower atau Subscriber – Pertumbuhan audiens tanpa iklan.
  • Domain Authority (DA) – Otoritas domain yang berkontribusi terhadap SEO.
  • Brand Mentions atau Backlink alami – Indikasi bahwa brand dianggap relevan oleh pihak lain.

3. Contoh KPI Berbayar (Paid Channel)

Sementara untuk channel berbayar, KPI lebih difokuskan pada hasil langsung yang terukur dan cepat, seperti:

  • CTR (Click Through Rate) – Seberapa banyak orang yang mengklik iklan dibanding jumlah yang melihat.
  • CPC (Cost Per Click) – Biaya rata-rata per klik pada iklan.
  • CPA (Cost Per Acquisition) – Biaya untuk memperoleh 1 konversi, bisa berupa leads atau sales.
  • ROAS (Return on Ads Spend) – Berapa pengembalian yang dihasilkan dari setiap rupiah yang dikeluarkan untuk iklan.
  • Impression dan Reach – Jumlah tayangan dan jangkauan iklan.
  • Conversion Rate – Persentase orang yang melakukan aksi (beli, daftar, dll.) dari total pengunjung iklan.

4. Perbedaan Cara Analisis

AspekKPI OrganikKPI Berbayar
BiayaUmumnya gratis, tapi perlu waktuPerlu anggaran khusus untuk iklan
Waktu hasilJangka panjang (slow burn)Jangka pendek (fast result)
Sifat trafikLebih loyal, cenderung stabilFluktuatif, tergantung budget
Pengaruh pada brandBangun kredibilitas & trustMeningkatkan awareness cepat
Tools yang digunakanGoogle Search Console, GA, AhrefsMeta Ads Manager, Google Ads, TikTok Ads, dll


5. Mana yang Lebih Baik?

Tidak ada yang lebih baik secara mutlak. Semuanya tergantung pada:

  • Tujuan campaign
  • Budget yang tersedia
  • Jangka waktu yang dimiliki
  • Kematangan bisnis atau produk

Idealnya, KPI organik dan KPI berbayar saling melengkapi. Campaign berbayar bisa memberi hasil cepat, sementara strategi organik memperkuat fondasi brand untuk jangka panjang.

Cara Menentukan KPI yang Tepat untuk Campaign

Menentukan KPI (Key Performance Indicator) yang tepat adalah langkah krusial dalam merancang dan menilai efektivitas campaign digital marketing. Tanpa KPI yang jelas dan relevan, kamu bisa terjebak mengejar angka yang “terlihat bagus” tapi tidak benar-benar berdampak pada tujuan bisnis.

Berikut langkah-langkah sistematis yang bisa kamu gunakan untuk menentukan KPI yang tepat untuk campaign digitalmu:

1. Tentukan Tujuan Utama Campaign

Langkah awal adalah mengidentifikasi apa tujuan utama dari campaign yang sedang kamu jalankan. Umumnya, tujuan campaign digital terbagi dalam beberapa kategori:

  • Awareness: Meningkatkan visibilitas brand
  • Traffic: Meningkatkan kunjungan ke website atau landing page
  • Engagement: Meningkatkan interaksi pengguna dengan konten
  • Leads: Mengumpulkan kontak prospek (email, nomor WA, form, dll.)
  • Sales/Conversion: Meningkatkan penjualan atau tindakan konversi lainnya
  • Retention: Meningkatkan loyalitas dan pembelian ulang
  • Ingat: Setiap tujuan membutuhkan KPI yang berbeda.

2. Kenali Funnel Marketing Campaign

Campaign digital tidak berdiri sendiri, melainkan bagian dari marketing funnel. Sesuaikan KPI dengan tahap funnel:

Tahap FunnelTujuan CampaignContoh KPI Utama
TOFU (Top of Funnel)AwarenessImpressions, Reach, Video Views
MOFU (Middle)Consideration / EngagementCTR, Bounce Rate, Time on Page
BOFU (Bottom)Conversion / SalesLeads, CPA, ROAS, Conversion Rate

Dengan memahami funnel ini, kamu akan lebih mudah memilih KPI yang akurat dan tidak saling bertabrakan.

3. Gunakan Metode SMART KPI

Pastikan KPI yang kamu pilih memenuhi kriteria SMART:

  • Specific: Jelas dan terfokus
  • Measurable: Dapat diukur secara numerik
  • Achievable: Masuk akal dan realistis
  • Relevant: Selaras dengan tujuan campaign
  • Time-bound: Ada batas waktu pencapaian

Contoh:

Kurang tepat: “Ingin campaign berhasil.”

Lebih tepat: “Meningkatkan conversion rate landing page dari 2% menjadi 4% dalam 30 hari.”

4. Pilih Maksimal 2–3 KPI Utama

Salah satu kesalahan umum adalah mengukur terlalu banyak metrik sekaligus, yang akhirnya membuat tim bingung sendiri. Lebih baik fokus pada 2–3 KPI utama, lalu dukung dengan secondary metrics bila diperlukan.

Contoh:

Untuk campaign leads generation di Facebook Ads, KPI utamanya bisa:

  • Cost Per Lead (CPL)
  • Jumlah Leads Masuk
  • CTR (sebagai indikator efektivitas iklan)

5. Perhatikan Resource dan Tools yang Dimiliki

Sebelum memutuskan KPI, pastikan kamu punya tools dan data yang dibutuhkan untuk mengukurnya. KPI seperti ROAS atau CLV membutuhkan tracking conversion dan data pembelian yang detail. Kalau belum siap infrastrukturnya, pilih KPI lain yang bisa dijangkau dulu.

6. Sesuaikan dengan Jenis Channel

Setiap channel punya karakteristik dan kekuatan masing-masing. Jangan paksa satu KPI berlaku di semua platform.

Contoh:

  • Instagram cocok untuk engagement & awareness (likes, share, reach)
  • Google Search Ads lebih cocok untuk conversion (CPA, ROAS)
  • SEO lebih kuat untuk organic traffic dan time on page

7. Revisi Secara Berkala Berdasarkan Data

KPI bukan angka mati. Kamu bisa dan perlu melakukan penyesuaian seiring jalannya campaign. Evaluasi performa mingguan atau bulanan akan memberi insight baru untuk menyempurnakan KPI dan strategi yang kamu pakai.


Kesalahan Umum Saat Mengukur KPI Digital

Meskipun KPI adalah elemen penting dalam kesuksesan campaign digital, sayangnya masih banyak bisnis atau digital marketer yang salah kaprah dalam menetapkan dan mengukur KPI, sehingga akhirnya strategi yang dijalankan tidak optimal bahkan menyesatkan.

Berikut beberapa kesalahan umum yang sering terjadi saat mengukur KPI digital:

1. Mengukur Metrik yang Tidak Relevan (Vanity Metrics)

Banyak yang terjebak pada angka besar tapi tidak berdampak, seperti jumlah likes, followers, atau impressions. Ini disebut vanity metrics — angka yang terlihat bagus tapi tidak membantu bisnis berkembang.

Contoh:

  • Memiliki 100K followers tapi tidak ada yang membeli produk.
  • Video dapat 10K views, tapi tidak menghasilkan leads.

Solusi: Fokus pada metrik yang benar-benar mencerminkan hasil bisnis, seperti conversion rate, cost per lead, atau sales funnel progression.

2. Terlalu Banyak KPI Sekaligus

Mencoba mengukur semuanya sering kali membuat tim bingung menentukan fokus dan kesulitan mengevaluasi campaign secara objektif. KPI seharusnya jadi indikator kunci, bukan kumpulan angka yang membingungkan.

Solusi: Pilih 2–3 KPI utama saja untuk setiap campaign, dan sisanya jadikan supporting metrics jika perlu.

3. Tidak Menyelaraskan KPI dengan Tujuan Campaign

Menentukan KPI tanpa memikirkan tujuan campaign adalah kesalahan fundamental. Misalnya kamu ingin meningkatkan awareness, tapi malah fokus ke jumlah transaksi.

Solusi: Mulai dari tujuan utama, baru turunkan ke KPI. Setiap tujuan campaign harus punya KPI yang selaras.

4. Tidak Menetapkan Target Angka yang Jelas

Mengukur "engagement meningkat" atau "penjualan naik" tidak cukup spesifik tanpa angka. Tanpa target, kamu tidak bisa tahu apakah campaign sukses atau tidak.

Solusi: Buat KPI yang SMART (Specific, Measurable, Achievable, Relevant, Time-bound). Misalnya: “Naikkan leads 30% dalam 1 bulan”.

5. Tidak Melacak dengan Tools yang Akurat

Banyak yang menetapkan KPI tapi tidak memiliki alat atau sistem untuk melacaknya secara akurat. Akibatnya, datanya bias atau tidak bisa dipertanggungjawabkan.

Solusi: Gunakan tools seperti:

  • Google Analytics
  • Meta Business Suite
  • UTM Tracking
  • CRM untuk lead tracking
  • Google Tag Manager

6. Mengabaikan Konteks dan Insight Data

Melihat angka tanpa konteks bisa menyesatkan. Misalnya CTR turun, tapi ternyata karena audience lebih relevan dan conversion naik — artinya campaign tetap berhasil.

Solusi: Selalu analisis data secara menyeluruh, bukan hanya dari satu sisi angka.

7. Tidak Melakukan Evaluasi atau Optimasi Berkala

Campaign sering berjalan tanpa evaluasi rutin. Padahal, tren pasar dan performa iklan bisa berubah kapan saja.

Solusi: Lakukan review rutin (mingguan atau bulanan) dan siap lakukan adjustment berdasarkan data.

Kesimpulan

Keberhasilan campaign digital sangat bergantung pada KPI yang dipilih. KPI membantu kamu mengukur apakah strategi yang dijalankan benar-benar berdampak pada tujuan bisnis. Bedakan antara KPI organik dan berbayar, dan pastikan setiap KPI selaras dengan tujuan campaign.

Tentukan KPI secara tepat, hindari fokus pada angka-angka yang sekadar terlihat bagus (vanity metrics), dan lakukan evaluasi secara berkala. Dengan pendekatan yang tepat, KPI bisa jadi alat yang sangat efektif untuk mengarahkan strategi digitalmu menuju hasil yang nyata dan terukur.