Punya akun Instagram, sudah aktif posting setiap minggu, tapi engagement rendah, follower nggak bertambah, dan yang paling menyakitkan: tidak ada peningkatan penjualan. Banyak perusahaan yang menjalankan akun media sosialnya mengalami hal serupa.
Masalahnya bukan pada produknya. Tapi karena kontennya… garing. Tidak menarik, tidak menyentuh audiens, dan terasa seperti formalitas saja. Pada artikel kali ini, kami akan membahas secara lengkap, terperinci dan komprehensif tentang apa penyebab konten media sosial perusahaan menjadi SEPI dan GARING dan disertakan cara membuat konten media sosial yang menarik + menjual.
📌 Daftar Isi
- Latar Belakang
- 5 Penyebab Konten Medsos Garing (+Cara Membuat Konten Media Sosial Yang Menarik)
- Cara Jitu Membuat Konten Reels Instagram yang Menarik dan Menjual
- Jenis Konten Media Sosial Yang Bagus Dalam Membantu Kamu Membuat Konten
- Tips Kunci Pengelolaan Konten Social Media Yang Wajib Kamu Ingat dan Lakukan
- Kesimpulan
Agar mudah dipahami, izinkan kami untuk menggunakan perusahaan internet sebagai contoh dalam pembahasan artikel kali ini :)
Nah, berikut ini 5 penyebab umum konten sosial media perusahaan yang sering kali tidak efektif, serta bagaimana memperbaikinya agar lebih hidup dan menjual. Sebagai contoh, akun medsos perusahaan provider internet.
5 Penyebab Konten Medsos Garing (+Cara Membuat Konten Media Sosial Yang Menarik)
1. Terlalu Kaku dan Formal Tanpa Sentuhan Manusia
Coba lihat feed dari akun perusahaan penyedia internet : isinya hanya “Paket Internet Super Cepat”, “Promo Diskon 20%”, atau sekadar pengumuman maintenance. Kalimatnya kaku, seperti brosur diubah jadi caption. Ini sering bikin audiens skip — bukan karena produknya buruk, tapi karena bahasanya tidak mengundang rasa ingin tahu.
Solusi:
Gunakan gaya bahasa yang lebih ringan dan komunikatif. Perlihatkan bahwa di balik brand internet ini ada tim yang ramah, punya cerita, dan siap membantu.
Contoh buruk (terlalu kaku):
“Layanan internet dengan kecepatan tinggi untuk mendukung produktivitas Anda.”
Contoh lebih humanis:
“Zoom meeting ngelag? Buffering pas lagi nonton? Kami tahu rasanya. Makanya kami hadirkan paket WiFi rumah yang beneran stabil.”
Sentuhan seperti ini bikin orang merasa dipahami — bukan cuma dijualin.
2. Hanya Fokus Pada Produk, Bukan Masalah Audiens
Kebanyakan perusahaan internet hanya promosi harga dan kecepatan Mbps. Padahal audiens sebenarnya tidak peduli soal angka. Mereka hanya ingin internet lancar pas kerja, nonton, dan main game.
Kalau kamu hanya fokus “Paket 30 Mbps - Rp199.000”, kontenmu akan berlomba di level harga. Tapi kalau kamu fokus solusi atas masalah pelanggan, kamu akan menonjol.
Solusi:
Buat konten yang menjawab pertanyaan sehari-hari pelanggan, misalnya:
- “Kenapa internet saya sering putus tengah malam?”
- “Apa sih bedanya 30 Mbps dan 100 Mbps buat sekeluarga?”
- “Gimana caranya tahu tetangga ‘nyolong’ WiFi saya?”
Contoh konten edukatif:
“Bekerja dari rumah tapi sinyal sering hilang di lantai 2? Ini cara upgrade jaringan rumah tanpa ganti paket!”
Dengan konten seperti ini, brand kamu tampil sebagai pembimbing, bukan sekadar penjual.
3. Desain Visualnya Tidak Menarik atau Terlalu Polos
Desain konten sosial media perusahaan sering kali... membosankan. Terlalu banyak teks, warna terlalu ramai, atau malah monoton semua biru-abu. Padahal desain adalah pintu masuk perhatian pertama.
Solusi:
- Gunakan visual yang “bercerita” — misalnya ilustrasi keluarga lagi pakai internet.
- Jangan cuma tampilkan tabel harga. Bikin carousel permasalahan dan solusi.
- Tambahkan icon lucu, warna cerah, atau ilustrasi situasi nyata (anak lagi nonton YouTube, ayah kerja di ruang tamu, dsb).
Contoh visual:
- Slide 1: “Internet Lambat Lagi?”
- Slide 2: “Mungkin Karena Router-nya Ada di Dapur”
- Slide 3: “Ini Cara Mempercepat Jaringan WiFi di Rumah!”
Dengan gaya seperti ini, konten jadi lebih mudah dicerna, menarik, dan shareable.
4. Tidak Ada Hook dan CTA yang Jelas
Kontenmu mungkin bagus, tapi kalau tidak punya pembuka yang mengundang perhatian (hook) dan tidak ada ajakan yang jelas (CTA), orang tidak akan klik, komen, apalagi beli.
Solusi:
- Mulai konten dengan pertanyaan atau fakta nyata.
- Tutup dengan CTA: “Klik link di bio untuk cek area jangkauan”, “Cek DM sekarang untuk tanya paket terbaik”, dll.
Contoh hook yang kuat:
“Baru pasang internet, tapi Netflix tetap buffering? Bisa jadi masalahnya bukan di ISP kamu, tapi di posisi router!”
Contoh CTA:
“Pengen tahu router-mu udah di posisi yang pas? DM kami foto ruangannya, kita bantu cek gratis!”
5. Tidak Konsisten Posting & Tidak Punya Strategi Konten
Sebagian besar perusahaan internet hanya aktif saat promo besar atau ulang tahun perusahaan. Sisanya? Sepi. Padahal konsistensi adalah fondasi kepercayaan dan engagement.
Solusi:
- Buat konten plan: misalnya edukasi (Senin), testimoni (Rabu), tips koneksi (Jumat), promo (Minggu).
- Gunakan 4 pilar konten: Edukasi, Informasi, Interaksi, dan Promosi.
- Analisis performa konten: posting jam berapa yang paling efektif? Format carousel atau video yang paling disukai?
Contoh mix konten mingguan:
- Hari Senin: “Tips Memperluas Jangkauan WiFi di Rumah Tingkat”
- Hari Rabu: Testimoni Pelanggan di Perumahan XYZ
- Hari Jumat: “Apa Itu FUP dan Bagaimana Cara Menghindarinya?”
- Hari Minggu: Flash Promo Akhir Pekan
Dengan ritme seperti ini, audiens tahu bahwa brand kamu aktif, solutif, dan profesional.
Cara Jitu Membuat Konten Reels Instagram yang Menarik dan Menjual
Sebelum kami membahas bagaimana caranya membuat konten reels yang ramai, perlu kami beritahu bahwa tips ini tentu bisa juga untuk digunakan pada platform yang mirip lainnya seperti Tiktok :)
Reels adalah salah satu fitur paling powerful untuk menaikkan visibilitas akun bisnis di Instagram dan Facebook. Tapi banyak perusahaan yang masih salah kaprah: hanya mengunggah potongan video iklan atau slideshow promo. Hasilnya? Engagement rendah dan tidak membangun koneksi.
Berikut ini strategi membuat Reels yang tidak hanya menarik secara visual, tapi juga mampu menjual secara halus:
1. Buka dengan Hook 3 Detik Pertama
Waktu perhatian audiens sangat pendek. Kalau di 3 detik pertama Reels kamu tidak menarik, penonton akan langsung scroll.
Gunakan:
Pertanyaan langsung (misal: “Internet kamu lemot pas Zoom? Bisa jadi ini alasannya…”)
- Teks besar & to the point di awal frame
- Close-up ekspresi wajah atau situasi relatable
Untuk variasi kamu bisa coba menggunakan hook yang lucu dan variatif lainnya. Kamu bisa cek di https://transitionalhooks.com/
(tampilan web https://transitionalhooks.com/)
2. Buat Format Edukatif yang Singkat & Solutif
Daripada langsung jualan, gunakan Reels untuk menyampaikan tips praktis yang menyelesaikan masalah harian pelanggan.
Contoh Reels untuk perusahaan internet:
- “3 Posisi Router yang Bikin Sinyal Nggak Maksimal”
- “Cara Cek Kecepatan WiFi Tanpa Aplikasi Tambahan”
- “Internet Stabil Saat Banyak Pengguna? Bisa Kok, Gini Caranya…”
Tipe konten edukatif ringan seperti ini akan lebih sering dibagikan, disimpan, dan diingat. Kalau kamu bingung konten edukasi itu seperti apa saja, kamu bisa lihat gambar diatas pada poin ini :)
3. Gunakan Narasi atau Suara Tren (Tapi Sesuaikan dengan Brand)
Reels punya fitur audio trending yang bisa memperbesar jangkauan. Tapi tetap pastikan nada dan gaya brand kamu tetap terjaga.
Tipsnya:
- Gunakan musik dengan vibe profesional atau ringan — hindari yang terlalu heboh.
- Bisa juga pakai suara internal: rekaman voice-over dari staf, atau bahkan testimoni pelanggan.
Jika kamu ingin menggunakan voice over, kamu bisa menggunakan tools seperti Elevanlabs.io yang bikin suara lebih bagus ketika di upload di media sosial. Website tersebut memiliki berbagai fitur seperti text-to-speech, voice changer, voice cloning dan masih banyak lagi.
Berikut ini adalah tampilan untuk fitur voice changer:
Dan ini tampilan untuk text-to-speech yang dimana kita tinggal ketik apa saja untuk dijadikan suara saat video dimainkan.
4. Sisipkan Branding Secara Halus
(sumber gambar Hurix)
Branding bukan berarti logo besar di tengah video. Tapi pastikan elemen visual brand kamu tetap muncul:
- Warna brand di background atau teks
- Logo kecil di pojok
- Kalimat CTA di akhir frame: “Konsultasi gratis? Klik link di bio!”
5. Akhiri dengan CTA atau Pertanyaan Interaktif
Reels yang baik selalu mengajak audiens berinteraksi. Tahukah kamu menurut sprinklr.com tingkat efektifitas pada konversi dari penulisan CTA adalah:
Contoh CTA halus:
- “Pernah ngalamin juga? Tulis di kolom komentar ya.”
- “Butuh bantu cek koneksi rumahmu? Coba klik link di bio.”
Call to action seperti ini meningkatkan engagement rate dan membuka jalan ke konversi.
6. Gunakan Subtitle Otomatis atau Manual
Mayoritas orang menonton Reels tanpa suara. Kalau kamu tidak menyertakan teks, pesanmu bisa hilang. Gunakan fitur caption otomatis atau tambahkan teks manual yang sinkron dengan suara/narasi.
Reels bukan sekadar tempat untuk gaya-gayaan atau joget. Bagi perusahaan, Reels adalah peluang besar untuk mengedukasi pasar, membangun kepercayaan, dan memancing minat beli — dengan gaya yang lebih cepat, ringan, dan manusiawi.
Jangan takut eksperimen. Tes 3-4 Reels per minggu, lihat mana yang paling tinggi views & saves, lalu ulang dan kembangkan ide serupa.
Jenis Konten Media Sosial Yang Bagus Dalam Membantu Kamu Membuat Konten
Salah satu alasan mengapa perusahaan sering kehabisan ide untuk membuat konten sosial media adalah karena mereka hanya terpaku pada satu jenis konten: promosi. Padahal, ada banyak sekali tipe konten yang bisa digunakan — dan semuanya saling melengkapi satu sama lain untuk membangun kepercayaan, edukasi, dan tentu saja… penjualan.
Berikut ini adalah beberapa jenis konten yang sebaiknya masuk ke dalam strategi sosial media perusahaan kamu:
1. Konten Edukasi
Jenis konten ini berfungsi untuk memberikan ilmu, pemahaman, atau solusi praktis kepada audiens. Konten edukasi sangat penting agar perusahaan tidak hanya terlihat sebagai penjual, tapi juga sebagai problem solver.
Contoh untuk perusahaan internet:
"Cara Mempercepat Jaringan WiFi Tanpa Ganti Paket"
"Perbedaan Mbps dan MBps, Jangan Sampai Tertipu!"
Contoh untuk perusahaan manufaktur:
"Apa Itu ISO 9001 dan Kenapa Penting untuk Produk Anda?"
"5 Jenis Material Terbaik untuk Pipa Proyek Industri"
Kenapa penting: Konten edukatif cenderung disimpan, dibagikan, dan memicu kepercayaan terhadap brand kamu.
2. Konten Interaktif
Tujuannya adalah membangun hubungan dua arah dengan audiens. Engagement yang tinggi akan membantu algoritma menampilkan konten kamu ke lebih banyak orang.
Contoh konten:
- Polling: "Kalau kamu kerja WFH, lebih suka pakai WiFi atau paket data?"
- Pertanyaan: "Sinyal kamu paling lemah di ruangan mana di rumah?"
Tips: Gunakan fitur-fitur seperti sticker polling, quiz, slider di Instagram Stories, atau kolom komentar di Reels.
3. Konten Storytelling
Ini adalah jenis konten yang menceritakan kisah nyata — baik itu tentang pelanggan, proses di balik layar, atau perjalanan perusahaan itu sendiri.
Contoh:
“Awalnya tim teknisi kami hanya 3 orang, sekarang sudah menangani 1.000 rumah per bulan.”
“Ibu Rina dari Bekasi tadinya kesulitan kerja remote karena sinyal lemot. Setelah upgrade paket… (lanjutkan ceritanya)”
Kekuatan storytelling: Menyentuh sisi emosional audiens dan membuat mereka merasa relate.
4. Konten Testimoni dan Bukti Sosial
Salah satu cara paling efektif untuk meyakinkan calon pelanggan baru adalah menunjukkan bahwa orang lain sudah puas lebih dulu.
Formatnya bisa berupa:
- Tangkapan layar review pelanggan (testimoni WhatsApp atau Google Review)
- Video singkat pelanggan berbicara tentang layanan
- Carousel berisi studi kasus hasil kerja nyata
Efek psikologis: Bukti sosial meningkatkan kredibilitas brand dan mempercepat keputusan beli.
5. Konten Behind the Scene (BTS)
Jenis konten ini memberikan audiens akses eksklusif ke balik layar, yang membuat perusahaan terasa lebih “manusiawi”.
Contoh:
- Video tim teknisi sedang pasang kabel jaringan di perumahan
- Foto proses quality check produk sebelum dikirim ke klien
- Cerita ringan tentang tim marketing brainstorming ide konten
Manfaatnya: Audiens merasa lebih dekat dan percaya, karena melihat proses kerja yang transparan dan nyata.
6. Konten FAQ atau Jawaban dari Pertanyaan Pelanggan
Gunakan pertanyaan-pertanyaan yang sering muncul sebagai sumber ide konten.
Contoh:
“Apakah saya bisa pasang WiFi tanpa perlu sambungan telepon?”
“Berapa kecepatan yang cukup untuk 1 rumah 4 orang?”
Bonus: Konten model ini bisa sekaligus mengurangi beban tim CS karena edukasi sudah disampaikan via konten.
7. Konten Promosi dan Penawaran Khusus
Ini adalah konten yang langsung menjual, tapi sebaiknya tidak menjadi mayoritas dalam feed kamu. Jika hanya promosi terus, audiens bisa merasa jenuh.
Contoh:
“Promo Pasang Baru Bulan Ini! Diskon 25% untuk Area XYZ”
“Paket Spesial Ramadhan: Internet Stabil + Bonus Kuota Mobile”
Tips: Sertakan urgensi atau batas waktu agar lebih mendorong aksi.
Tips Kunci Pengelolaan Konten Social Media Yang Wajib Kamu Ingat dan Lakukan
Setelah kamu mengtahui berbagai tips dan teknik diatas, kamu perlu memegang prinsip atau kunci yang akan kami share disini dalam mengelola konten media sosial, agar konten yang kamu bangun bisa tetap menarik dan menjual.
- Harus konsisten menerapkan tips diatas
- Memiliki kalender posting (tidak boleh bolong-bolong dalam mengelola media sosial)
- Fokus pada 1 kampanye/promo pada periode tertentu
- Analisa konten yang sudah dipost, lihat datanya dan ulangi konten-konten yang ramai dalam bentuk/format yang berbeda. Dengan begini kamu bisa menciptakan kemenangan yang berulang.
- Pahami audience dan harus pintar membaca data/insight yang ada
- Pastikan akun social media kamu sudah terdapat informasi umum terkait perusahaan/brand kamu. Seperti: about us, jam buka, produk/jasa yang tersedia, cara pemesanan, faq, lokasi dan sebagainya. Yang bisa kamu sebar untuk taruh di bio ataupun highlights.
Kesimpulan
Pada akhirnya, membuat konten media sosial yang menarik dan menjual bukan sekadar soal desain atau frekuensi posting, tetapi tentang:
- Bagaimana brand kamu berbicara kepada audiens,
- Seberapa baik kamu memahami masalah mereka,
- Dan bagaimana kamu menyajikan solusi dengan cara yang relevan dan menyenangkan.
Jika kamu bisa menyentuh titik-titik tersebut, maka akun sosial media perusahaanmu bukan hanya akan hidup — tapi juga aktif, dipercaya, dan menghasilkan konversi nyata.
Jadi, jangan ragu untuk mulai bereksperimen dengan pendekatan baru. Ingat, di balik setiap postingan yang sukses, ada kombinasi dari strategi, empati, kreativitas, dan konsistensi.
Semoga setelah membaca ini, kamu tidak hanya tahu apa yang salah, tapi juga apa yang bisa dilakukan lebih baik mulai hari ini.
Baca artikel menarik kami lainnya:
- Apa itu Hreflang: Pengertian, Cara, dan Fungsinya
- Apa Itu ROI dan ROAS dalam Bisnis? Serta Cara Menghitungnya
- Backlink Media Nasional: Kelebihan, Kekurangan & Cara Mendapatkan
- Wajib Tahu, Berikut 7 Jenis Konten yang Berhasil Menaikkan Engagement
- Yuk, Cari Tahu 30 Penyebab Penurunan Penjualan dalam Bisnis!